Minggu, 05 Juli 2015

FORMULASI NANOPARTIKEL NIFEDIPINE



Formulasi Nanopartikel Nifedipine dari Kitosan

I. Alasan Pemilihan Nifedipine
            Nifedipine merupakan suatu obat yang digunakan sebagai antiaritmia dan antiangina. Selain itu, Nifedipine dapat juga digunakan pada penanganan hipertensi. Saat ini Nifedipine tersedia dalam bentuk nifedipine sebagai tablet untuk penggunaan oral maupun dalam bentuk larutan untuk penggunaan injeksi intravena.
            Bioavailabilitas dari nifedipine yang diberikan secara oral sangat rendah yaitu hanya sekitar 10 sampai 23%, dikarenakan adanya metabolisme lintas pertama yang oleh hati dirombak menjadi metabolit dan dieksresi sebanyak 70% melalui urin dan 10% melalui tinja. Hal itu mengakibatkan pemberian dosis Nifedipine menjadi besar dan juga pemberiaannya menjadi berkali-kali dalam sehari.
Dalam rangka meningkatkan bioavailabilitas nifedipine, maka nifedipine dibuat dalam bentuk nanopartikel. Nanopartikel didefinisikan sebagai partikel berbentuk padat dengan ukuran sekitar 10 – 1000 nm. Zat aktif dapat terlarut, terperangkap, terenkapsulasi, atau tertempel pada matriks nanopartikel. Pembuatan nanopartikel dapat menggunakan beberapa metode seperti metode penguapan pelarut, metode emulsifikasi dan metode gelasi ionik. Di antara metode-metode tersebut, metode gelasi ionik dinilai sebagai metode yang paling mudah dilakukan. Metode gelasi ionik melibatkan proses sambung silang antara polielektrolit dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik seringkali diikuti dengan kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit yang berlawanan. Pembentukan ikatan sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk. Contoh pasangan polimer yang dapat digunakan untuk gelasi ionik ini antara lain kitosan dengan tripolifosfat. Dengan demikian penggunaan metode gelasi ionik antara kitosan dengan tripolifosfat pada pembuatan nanopartikel akan semakin meningkatkan penggunaan kitosan sebagai bahan baku industri farmasi.


II. Alasan Pemilihan Matriks Kitosan
       Kitosan merupakan polisakarida linear yang dihasilkan dari deasetilasi senyawa kitin yang terkandung dalam cangkang suku crustaceae seperti udang, lobster, kepiting dan sebagainya. Dengan melihat kenyataan yang ada, penggunaan kitosan dari kulit udang bagi Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan sumber daya alam laut yang melimpah, sangatlah menjanjikan. Dengan demikian penggunaan metode gelasi ionik antara kitosan dengan tripolifosfat pada pembuatan nanopartikel akan semakin meningkatkan penggunaan kitosan sebagai
bahan baku industri farmasi.
III. Formulasi Sediaan
Nifedipine 5 gram
Kitosan 200 mg/ 100 mL
natrium tripolifosfat  40 mg/ 40 mL
IV. Cara Kerja
a.  Preparasi Larutan Kitosan
            Kitosan sebanyak 200 mg dilarutkan dalam 100 mL larutan asam asetat 1% dengan menggunakan pengaduk magnetik. Cara pembuatan asam asetat 1% adalah dengan mencampurkan 10,0 mL asam asetat glasial dalam aquadest hingga 1000,0 mL.
b.  Preparasi Larutan Natrium Tripolifosfat
            Natrium tripolifosfat sebanyak 40 mg dilarutkan dalam 40 mL aqua demineralisata dengan menggunakan pengaduk magnetik.
c.  Pembuatan Nanopartikel (Metode Gelasi Ionik)
            Nifedipine ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dilarutkan dalam larutan kitosan dengan menggunakan pengaduk magnetik. Selanjutnya larutan natrium tripolifosfat 40 mL dituang langsung ke dalam larutan campuran tersebut pada temperatur kamar (25°C) di bawah putaran homogenizer dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit hingga terbentuk suspense nanopartikel.

FORMULASI SEDIAAN TETES MATA








I.         Formula Asli
“Tetes Mata Glaukoma”

II.      Rancangan Formula
Nama Produk           : Tricomp® Tetes Mata
Jumlah Produk         : 1000 botol @ 7,5 ml
Tanggal Formulasi    : 3 April 2012
Tanggal Produksi     : 3 April 2013
No. Reg                    : DKL 1211000247 A1
No. Betch                 : L 110002
Komposisi                : Tiap 7,5 ml mengandung
Timolol maleat               0,25%
Benzalkonium klorida    0,1%
Na2EDTA                                  0,1%
Povidone                                    2%
NaCl                                           0,56%
NaH2PO4                                    0,384%
Na2HPO4                                    0,1805%
API                                ad        7,5 ml 



III.   Master Formula
Diproduksi Oleh
Tanggal Formulasi
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh
PT. Kelompok 1 Farma
3 April 2012
3 April 2013
Kelompok III

Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
Per Botol
Per Batch
TM-01
BK-02
NE-03
PP-04
NH-05
NP-06
NL-07
AP-08

Timolol maleat
Benzalkonium Cl
Na2EDTA
Povidone
NaH2PO4
Na2HPO4
NaCl
API    
Zat Aktif
Pengawet
Penghelat
Pemviskos
Pendapar
Pendapar
Pengisotonis
Pembawa
31,25 mg
1,25 mg
12,5 mg
250 mg
48 mg
22,56 mg
78 mg
Ad 7,5 ml
31,25 g
1,25 g
12,5 g
250 g
48 g
22,56 g
78 g
Ad 7,5 l
Tabel        : Tabel Master Formula Tetes Mata Steril

IV.   Alasan Pembuatan Produk
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup, pada prinsipnya ini termasuk sediaan parenteral, mata dan irigasi. (Lachman, 1986; 1292)
Tetes mata merupakan sediaan mata berupa larutan /suspensi atau larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik, atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk penggunaan mata dengan cara meneteskan obat ke dalam selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata yang diformulasi dengan pertimbangan tonisitas, pH, viskositas, sterilisasi, bahan antimikroba dan pengemasan baik. (Dirjen POM, 1979; 10)
Mata kita tidak mengandung antibodi seperti pada darah ataupun mekanisme untuk memproduksi antibodi tersebut. Oleh karena itu mekanisme pertahanan utama mata untuk melawan infeksi mata secara sederhana yaitu dengan pengeluaran air mata. Pada air mata ditemukan sebuah enzim, yaitu lisozim yang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa mikroorganisme. Namun ada beberapa mikroorganisme yang tidak terpengaruh oleh adanya enzim lisozim Pseudomomas aeruginosa. (Sprowl, J.B:181)
Berdasarkan tempat kerjanya, tetes mata bekerja pada konjungtiva, kornea dan iris. Penggunaan tetes mata akan menghasilkan efek yang bervariasi dari obat pada bagian konjugtiva, kornea dan iris. (RPS 18th:1587)
Timolol topikal efektif untuk pengobatan glaukoma sudut terbuka, beta-bloker mengurangi tekanan intraokuler, dengan mengurangi produksi cairan bola mata oleh badan siliaris. Timolol tersedia sebagai tetes mata dengan kadar 0,25% dan 0,5%. Dosis awal 1 tetes larutan 0,25% 2 kali sehari.

V.      Alasan Penggunaan Bahan
1.    Timolol Maleat
a.    Martindale 36th; 1413
Timolol adalah non beta blocker cardioselektif yang digunakan dalam pengobatan glaukoma. Tetes mata yang menggunakan timolol maleat atau hemyhidrate setara dengan 0,25 an 0,5% dari timolol yang ditanamkan dua kali sehari untuk mengurangi intra okuler tekanan dalam glaukoma sudut terbuka.
b.   Fater V; 100
Timolol topikal efektif untuk pengobatan glaukoma sudut terbuka, beta-bloker mengurangi tekanan intra okuler, mungkin dengan mengurangi produksi cairan bola mata oleh badan iris. Timolol sedia sebagai obat tetes mata dengan kadar 0,25% dan 0,5%. Dosis awal 1 tetes larutan 0,25% 2x sehari.
c.    OOP V; 518
Beberapa beta-bloker digunakan dalam tetes mata sebagai obat pilihan pertama pada glaukoma untuk menurunkan tekanan mata yang meningkat. Produksi cairan mata dikurangi mungkin akibat blokade B2, tersedia tetes mata dengan betaxolol, carteolol. Metilpronolol, timolol.
2.    Benzalkonium Klorida
a.    Excipient; 56
Benzalkonium klorida adalah senyawa amonium kuartener yang digunakan dalam formulasi farmasetik sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01%-0,02% b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1% b/v dinatrium EDTA, untu meningkatkan aktivitas melawan Pseudomonas.
b.    Ansel; 544
Dalam preparat untuk mata, campuran benzalkonium klorida (0,01%) dan Na2EDTA (0,01%-0,1%) digunakan untuk tujuan yang sama. Mempunyai kemampuan untu menahan dari Pseudomonas aeruginosa lebih peka  terhadap benzalkonium klorida.
c.    DOMMartin; 896
Benzalkonium klorida adalah pengawet yang paling efektif dan bereaksi dengan cepat, jika penggunaannya terkontrol. Umumnya Na2EDTA ditambahkan untuk meningkatkan aktivitas amonium kuartener.
3.    Na2EDTA
a.    Excipient; 243
Dinatrium EDTA digunakan sebagai agen pengkhelat dalam formulasi farmasetik dengan konsentrasi 0,005-0,1% w/v.
b.   DOM Martin; 896
Umumnya Na2EDTA ditambahkan untuk meningkatkan aktivitas amonium quartener.
c.    Codex; 165
Aktivitas benzalkonium klorida meningkat jika dikombinasi dengan agen pengkhelat, biasa digunakan dengan kadar 0,02% Na2EDTA.
4.    NaCl
a.    Excipient; 637
Sodium klorida digunakan sebagai suatu osmotic agent dan untuk sediaan non parenteral digunakan untuk larutan isotonik, kadar ≤ 0,9%.
b.    Raymond; 2006
NaCl banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetik paranteral dan nonparanteral dimana khususnya digunakan untuk menghasilkan larutan isotonis dalam formulasi obat-obat intravena atau obat-oba yang ditujukan untuk mata sebesar ≤ 0,9%. ΔTf-nya terhadap air= 0,52, konsentrasinya sesuai dengan larutan 0,9% NaCl.
c.    Ansel; 544
Digunakan sebagai bahan pengisotonis karena mempunyai tekanan osmosis yang sebanding dengan larutan NaCl 0,9%.
5.    Povidone
a.    Jurnal Tetes Mata; 8
Polivinil povidone digunakan untuk meningkatkan waktu kontak sodium dengan kornea sehingga jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam mata akan semakin tinggi sehingga dicapai harapan efek terapi.
b.    Excipient; 661
Povidone digunakan sebagai pensuspensi, penstabil dan bahan pemviskos, dengan range 2-10%.
c.    Ansel; 552
Povidone digunakan sebagai pengental pada larutan untuk mata.
6.    Dapar Fosfat
a.    Excipient; 581
Na2HPO4 dan Na2H2PO4 merupakan dapar yang umum digunakan untuk menjaga pH dan stabilitas.
b.   Scoville’s; 228
Buffer phosfat digunakan sebagai pembawa yang dapat memberikan stabilitas terbesar denngan aksi fisiologisnya.
7.    API
a.    Lachman Industri; 1294
Sejauh ini pembawa yang sering digunakan untuk produk steril adalah air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh.
b.   SDF; 19
Air steril untuk injeksi pada temperatur ekstrim (tinggi) akan mencegah terjadinya reaksi pirogen dengan menghambat pertumbuhan mikroba.
c.    FI III; 69
Dalam penggunaanya digunakan sebagai pembawa.

VI.   Uraian Bahan
1.    Timolol Maleat (MD 36th : 1412)
Nama resmi          : TIMOLOL MALEAT
Sinonim               : timolol Maleat
RM/BM               : C13H24N4O2S.CH4O4/432
Pemerian              : Hablur putih, atau hampir putih, brbentuk Kristal atau jernih atau kistal tidak berwarna/pucat.
Kelarutan             : Larut  dalam air, alcohol, metal alcohol, sedikit larut dalam kloroforom, dalam PG, dan tidak dapat larut dalam cyclohexane dan eter.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat                : Antiglaukoma
Kegunaan            : Zat aktif
Sterilisasi             : Otoklaf atau penyaringan
Inkompaktibel     : Incomp dengan garam-garam iodida, bromida, alkil, asam tannat, guinin dan merkuri.
pH kestabilan       : Stabil pada pH antara 3,8-4,8
Farmakologi         : ß-Bloker selective yang memiliki efek menurunkan    
tekanan terutama menurunkan produksi aqueus humor dengan memblok reseptor  ß2 dalam proses siliaris untuk memblok transport aktif dan ultrafiltrasi
Farmakodinamik  : ketika digunakan secara topikal ke mata, memiliki aksi mengurangi tinggi tekanan intraokuler, maupun tidak diikuti dengan glaucoma. Tekanan intra okular yang tinggi adalah factor resiko utama dalam pathogenesis, kehilangan lapangan penglihatan glaucoma dan kerusakan saraf optic.
2.    Dinatrium Edetat (Exp : 192)
Nama resmi          : DISODIUM EDETAT
Sinonim               : Disodium edathamil, tetracemate disodium
RM/BM               : C10H14N2Na2O8/336,21
Pemerian              : Serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa asam.
Kelarutan             : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%), larut 1 dalam 11 bagian air.
Kegunaan            : Pengawet dan pengkhelat
Sterilisasi             : Otoklaf
Inkompaktibel     : Incomp dengan bahan pengoksidasi kuat, basa kuat, ion    logam polivalen seperti besi, nikel.
Kestabilan            :.Sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih stabil dalam bentuk basa bebas, mengalami dekarboksilasi jika dipanaskan di atas suhu 150 0C. Kehilangan air kristalisasi ketika dipanaskan sampai 120 0C. Sedikit higroskopis, maka harus dilindungi dari kelembaban.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
pH                        : 4,3-4,7 untuk 1% larutan dalam karbondioksida bebas  air.
3.    Natrium Asam Fosfat (Exp:496; RPS 18th:821; MD 28th:641)
Nama resmi          : MONOBASIC SODIUM PHOSPHATE
Sinonim               : Natrium dihidrogen fosfat, natrium asam fosfat
RM/BM               : NaH2PO4/119,98
Pemerian              : Tidak berbau, tidak berwarna atau putih, anhidratnya berupa serbuk kristal atau  granul  putih.  Larutannya asam atau melepaskan CO2 dengan natrium karbonat.
Kelarutan             : 1 dalam 1 bagian air, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform dan eter.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik,  tempat  yang  kering  dan sejuk.
Kegunaan            : Bahan pendapar
Sterilisasi             : Otoklaf atau penyaringan
Inkompaktibel     : Incomp dengan bahan-bahan alkali dan karbonat, larutannya bersifat asam dan melepaskan CO2 dari karbonat. Hindari pemberian dengan aluminium, Ca atau Mg dalam bentuk garam karena dapat berikatan dengan fosfat dan mengganggu absorpsinya pada saluran pencernaan. Interaksi antara Ca dan fosfat membentuk   kalsium   fosfat  yang  tidak  larut  dan mengendap.
Kestabilan            : Stabil secara kimia pada pemanasan 100 0C, bentuk dihidrat kehilangan seluruh air kristalisasinya. Pada pemanasan lebih lama melebur dengan peruraian pada 205 0C membentuk hidrogen pirofosfat (Na2H2P2O7)  dan pada 250 0C meninggalkan residu akhir natrium  metafosfat (NaPO3­).
pH                        : 4,5 
4.    Dinatrium Hidrogen Fosfat (Exp:493; RPS 18th:787; MD 28th:641)
Nama resmi          : SODIUM PHOSPHATE
Sinonim               : Natrium fosfat, dibasic sodium fosfat
RM/BM               : Na2HPO4/141,96
Pemerian              : Kristal putih, tidak berwarna, larutannya alkali, tidak berbau, efforesensi, kristal transparan.
Kelarutan             : 1 gram dalam 4 ml air. 1 gram dalam 5 ml air, praktis. Tidak larut dalam alkohol.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik,  tempat  yang  kering  dan sejuk.
Kegunaan            : Bahan pendapar
Sterilisasi             : Otoklaf atau penyaringan
Inkompaktibel     : Incomp dengan alkaloid antipirin, kloralhidrat, asetat, pirogalol, resorsinol, striknin, Ca glukonat.
Kestabilan            : Anhidratnya higroskopis. Pada pemanasan 100 oC kehilangan air kristalnya. Pada suhu 400 0C berubah menjadi pirofosfat (Na4P2O7), laruran berairnya stabil.
pH                        : 9,5, larutan 2% dalam air pHnya 9-9,2.
5.    Benzalkonium Klorida (Exp:23; RPS 18th:1164; MD 28th:949)
Nama resmi          : BENZALKONII CHLORIDUM
Sinonim               : Benzalkonium klorida
RM/BM               : [C6H5CH2N(CH3)2R]Cl, R= alkil /+ 360,0
Pemerian              : Serbuk amorf, kekuningan, gel tebal, atau lempeng gelatin, higroskopis, seperti sabun bila disentuh, sangat pahit, bau aromatis.
Kestabilan            : Larutannya stabil pada range pH dan suhu yang luas. Larutannya dapat disimpan pada waktu yang lama pada suhu kamar. Larutan air yang disimpan pada wadah polivinil klorida atau poliuretan dapat kehilangan aktivitas antimikrobanya.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya kontak dengan logam, di tempat yang kering dan sejuk
Kegunaan            : Pengawet
Sterilisasi             : Otoklaf atau penyaringan
Inkompaktibel     : Incomp dengan aluminium, alkali, sabun, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresensi, hidrogen peroksida, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, permanganate, surfaktan nonionik konsentrasi tinggi, AgNO3, salisilat, protein, sulfonamida, tartrat, ZnO, ZnSO4, beberapa campuran karet dan plastik.
Kelarutan             : Sangat larut dalam air, alkohol, aseton, praktis tidak larut dalam eter. Larutannya berbusa jika dikocok.
pH                        : 5-8 untuk 10% larutannya.
6.    Povidone ( FI III; 510, Exc; 656)
Nama Resmi        : POVIDONUM
Nama Lain           : Povidonum, Polivinil Pirolidon
Pemerian              : Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik.
Kegunaan            : Pemviskositas
Stabilitas              : Menjadi gelap jika dipanaskan pada 150 0C yang menurunkan kelarutannya dalam air, stabil pada siklus singkat dengan panas 110-130 0C.
Inkompaktibel     : Dalam larutan dengan garam anorganik, semisintetik, Phenobarbital,tannin, sulfatiazole.
pH                        : 3-7 untuk 5% b/v larutan berair
Konsentrasi          : 2-10%
7.    Natrium klorida (Dirjen POM, 1979; 403)
Nama resmi          : NATRII CHLORIDUM
Nama lain            : Sodium klorida
RM / BM             : NaCl / 58,44
Pemerian              : Serbuk kristal putih; tidak berwarna; berasa garam
Kelarutan             : Sedikit larut etanol; larut dalam 250 bagian etanol 95%; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100o C
Kegunaan            : Agen tonisitas; sumber ion natrium
Inkompaktibel     : Larutan NaCl bersifat korosif dengan besi; membentuk endapan bila bereaksi dengan perak; garam merkuri; agen oksidasi kuat pembebas klorin dari larutan asam NaCl; kelarutan nipagin menurun dalam larutan NaCl.
Titik didih            : 801o C
pH                        : 1439o C
Titik lebur            : 6,7-7,3
Stabilitas              : Larutan NaCl stabil tetapi dapat memecah partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering.
8.    Air Injeksi (FI III:96; FI IV: 112)
Nama resmi          : AQUA STERILE PRO INJECTIONEA
Sinonim               : Aqua pro injeksi
RM / BM             : H2O / 18,02
Pemerian              : Cairan jernih, tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan 3 hari setelah pembuatan
Kegunaan            : Pembawa/pelarut
Sterilisasi             : Otoklaf

VII.Perhitungan
1.    Kapasitas Dapar
pH                   = 6,5
NaH2PO4           = 0,56% b/v                 BM = 120,01
Na2HPO4         = 0,284% b/v               BM = 142,14
M NaH2PO4    =         =     =   0,047 M
M Na2HPO4    =         =     =   0,02 M
pKa dapar fosfat         =  7,2
Ka                               =  - antilog pKa
                                    =  6,3  x  10-10
pH dapar fosfat           = 6,5
[H+]                 = - antilog pH
                                    = 3,16  x  10-7
C                                 = C NaH2PO4  + C Na2HPO4 
                                    = 0,047 + 0,02 = 0,067 M
Kapasitas dapar           =
                                    =   
                                    =       0,021 grek/L
Untuk pH 6,8 (Timolol)
ß          =         
0,021   =         
0,021   =          0,468 C
C         =          0,045

PH       =          pKa  +  log
6,8       =          7,2  +   log
log   =          - 0,4
        =          0,398
[G]       =          0,398[A]

C                =    [Asam]  +  [Garam]
0,045     =        0,398[Asam]  +  [Asam]
0,045    = 1,398 [Asam]
1,398[Asam] = 0,045
[Asam] =
[A]       =          0,032 M
[G]       =          0,398  x  0,032  M  =  0,0127 M
[Asam]            =             
gram    =          0,032  x  120,01  x  1 L  =  3,84 gram

%b/v    =          3,84 g/L
                        =          3,84 g/1000 ml  =  0,384 g/100 ml
                        =          0,384%
            [Garam]           =             
gram    =          0,0127  x  142,14  x  1 L  =  1,805 gram
%b/v    =          1,805 g/L
                        =          1,805 g/1000 ml  =  0,1805 g/ml
                        =          0,1805 %
2.    Perhitungan Isotonis
W        =         
PTB Timolol Maleat                            0,07                 C1 = 0,25%
PTB Benzalkonium Klorida    0,05                 C2 = 0,01%
PTB Na2HPO4                                                                0,24                 C3 = 0,1805%
PTB NaH2PO4                                                                0,26                 C4 = 0,348%
PTB Na2EDTA                                               0,13                 C5 = 0,1%
PTB PVP                                                        0,01                 C6 = 2%
PTB API                                                                                 0,575
W        =         
            =
            =          0,316/0,576
            =          0,56 g/ml
Karena hipotonis, maka perlu penambahan bahan pengisotonis.


VIII.       Perhitungan Bahan
Dibuat 7,5 ml
Dilebihkan untuk pembilasan 5 ml
Hasilnya 12,5 ml
Timolol Maleat                0,25%  x  12,5           =  31,25 mg
Benzalkonium klorida0,01%  x  12,5    =  1,25 mg
Povidone                         2% x 12,5                  =  250 mg
Na2EDTA                       0,01%  x  12,5           =  1,25 mg
NaH2PO4                         0,384%  x  12,5         =  48 mg
Na2HPO4                         0,185%  x  12,5         =  22,56 mg
NaCl                                0,56 x 12,5     = 78 mg
API                                 ad       12,5 ml
                         
IX.   Pengenceran
Timolol Maleat
50    à        ad 10 ml (API)
                                           
                                      2 ml
Benzalkonium klorida
50    à        ad 50 ml (API)
                                           
                                      1 ml
Na2HPO4  = 22,56
      50 mg       10 ml
 1 ml = 5 mg
      Jadi setiap 4,512 ml = 22,56 mg
NaH2PO4
      50 mg       10 ml
        1 ml = 5 mg
     Jadi setiap 9,6 ml = 48 mg






X.      Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Bahan disterilkan sesuai dengan metode masing-masing.
2.      Botol yang digunakan dicuci dengan deterjen lalu dibebas alkalikan dengan cara direndam dengan HCl 0,1 N panas selama 30 menit lalu bilas dengan API dan disterilkan dengan autoklaf.
3.      Tutup karet dibersihkan dan dibebas sulfurkan dengan cara direndam dalam Na2CO3 2% mengandung 0,1% Na-lauril sulfat, dipanaskan selama 15 menit, didinginkan dan disterilkan di otoklaf selama 20 menit.
4.      Dibuat pengenceran Na-EDTA dengan cara 50 mg Na2EDTA dilarutkan dalam 5 ml API kemudian dipipet 1 ml.
5.      Dibuat pengenceran Benzalkoinum klorida dengan cara 50 mg benzalkonium klorida dilarutkan dalam 50 ml API dipipet 1 ml.
6.      Di timbang Na2HPO4 22,56 mg dan NaH2PO4 sebanyak 48 mg.
7.      Dibuat  pengenceran timolol maleat dengan cara 50 mg timolol maleat dalam 10 ml API dipipet 2 ml
8.      Timolol maleat dilarutkan dalam dapar fosfat hingga larut.
9.      Kemudian ditambahkan hasil pengenceran benzalkoiunm klorida 1m dan Na2-EDTA 1 ml ke dalam larutan (8).
10.  Cek pH, cukupkan volumenya dengan API.
11.  Dimasukkan dalam botol wadah kaca warna coklat.
12.  Disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit, suhu 1210C.
13.  Dinginkan.
14.  Diberi etiket dan dimasukkan dalam wadah/kemasan.





DAFTAR PUSTAKA

Ansel. Howard C.1979.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi IV. UI Press : Jakarta

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Ganiswara, S.B., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.

Gennaro, A.R., 1998, Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing Co, Easton

Jenkins, G.L., 1969, Scoville's:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA

Kibbe,A.H., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient, The Pharmaceutical Press, London.

Lachman, L, et all, 1986, The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and Febiger, Philadelphia

Lund Water. 1994. The Pharmaceutical Codex. The Pharmaceutical press : London

Martin. 1971.Dispending of Medication. Marck publisher Company : pensilvinia

Parfitt,K., 1994. Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy Press.

Sprowl, J.B., 1970.  Prescription Pharmacy, 2nd Edition, JB Lipicant Co, USA.

Tjay, T.H., 2000. Obat-obat Penting, Edisi V, Depkes RI, Jakarta.

Turco, S.,dkk.1970. Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphia.





TABEL STERILISASI

No
Nama Alat/Bahan
Metode Sterilisasi
1
Botol
Autoklaf,115-1160C, 30 menit
2
Batang pengaduk
Oven, 1700C, 1 jam
3
Pinset
Oven, 1700C, 1 jam
4
Kertas timbang
Oven, 1700C, 1 jam
5
Sendok tanduk
Autoklaf, 1210C,15 menit
6
Timolol Maleat
Otoklaf
7
Benzalkonium klorida
Otoklaf
8
Na2HPO4
Otoklaf
9
NaH2PO4
Otoklaf
10
API

11
Erlenmeyer
Oven, 1700C, 1 jam
12
Sarung tangan
Autoklaf, 1210C,15 menit
13
Gelas ukur
Otoklaf, 1210C, 30 menit



Tabel : Tabel Sterilisasi Alat dan Bahan Formula Tetes Mata Steril