1.
BCS
(Biopharmaceutical
Classification System)
BCS (Biopharmaceutical Classification System)
atau sistem klasifikasi biofarmasetika adalah suatu model eksperimental yang
mengukur permeabilitas dan kelarutan suatu zat dalam kondisi tertentu. Sistem
ini dibuat untuk pemberian obat secara
oral. Untuk melewati studi bioekivalen secara in vivo, suatu obat harus memenuhi
persyaratan kelarutan dan permeabilitas yang tinggi (Bethlehem, 2011).
Tujuan dari BCS adalah
(Reddy dkk., 2011) :
1.
Untuk meningkatkan efisiensi pengembangan obat dan proses peninjauan dengan
merekomendasikan strategi untuk mengidentifikasi uji bioekivalensi.
2.
Untuk merekomendasikan kelas pelepasan cepat dari
bentuk sediaan padat oral yang secara bioekivalensi dapat dinilai
berdasarkan uji disolusi in vitro.
3.
Untuk merekomendasikan suatu metode untuk klasifikasi yang sesuai dengan
disolusi bentuk sediaan dengan karakteristik kelarutan dan permeabilitas produk
obat.
BCS (Biopharmaceutical Classification System)
atau sistem klasifikasi biofarmasetika diklasifikasikan menjadi empat kelas,
diantaranya adalah :
·
Kelas I (Permeabilitas tinggi, Kelarutan tinggi) Misalnya Metoprolol,
Diltiazem, Verapamil, Propranolol. Obat kelas I menunjukkan penyerapan yang
tinggi dan disolusi yang tinggi. Senyawa ini umumnya sangat baik diserap.
Senyawa Kelas I diformulasikan sebagai produk dengan pelepasan segera, laju
disolusi umumnya melebihi pengosongan lambung.
·
Kelas II (Permeabilitas tinggi, Kelarutan rendah) Misalnya Fenitoin,
Danazol, Ketokonazol, asam mefenamat, Nifedipine. Obat kelas II memiliki daya
serap yang tinggi tetapi laju disolusi rendah. Dalam disolusi obat secara in
vivo maka tingkat penyerapan terbatas kecuali dalam jumlah dosis yang sangat tinggi. Penyerapan obat
untuk kelas II biasanya lebih lambat daripada kelas I dan terjadi selama jangka
waktu yang lama. Korelasi in vitro-in vivo (IVIVC) biasanya diterima untuk obat
kelas I dan kelas II.
·
Kelas III (Permeabilitas rendah, Kelarutan tinggi) Misalnya Simetidin,
Acyclovir, Neomycin B, Captopril. Permeabilitas obat berpengaruh pada tingkat
penyerapan obat, namun obat ini mempunyai laju disolusi sangat cepat. Obat ini
menunjukkan variasi yang tinggi dalam tingkat penyerapan obat. Karena pelarutan
yang cepat, variasi ini disebabkan perubahan permeabilitas membran fisiologi
dan bukan faktor bentuk sediaan tersebut. Jika formulasi tidak mengubah
permeabilitas atau waktu durasi pencernaan, maka kriteria kelas I dapat diterapkan (Reddy
dkk., 2011).
·
Kelas IV (Permeabilitas rendah, Kelarutan rendah) Misalnya taxol,
hydroclorthiaziade, furosemid. Senyawa ini
memiliki bioavailabilitas yang buruk. Biasanya mereka tidak diserap
dengan baik dalam mukosa usus. Senyawa ini tidak hanya sulit untuk terdisolusi
tetapi sekali didisolusi, sering menunjukkan permeabilitas yang terbatas di
mukosa GI. Obat ini cenderung sangat sulit untuk diformulasikan (Wagh dkk.,
2010).
2.
LIPOSOM

Liposom adalah sistem penghantar
obat dlm bentuk vesikel yang dilndingnya tersusun atas molekul lipid bilayer.
Liposom memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
§ Liposom dapat mengarahkan obat
pada target tertentu
§ Liposom dapat memperpanjang
durasi paparan obat dan berfungsi sebagai reservoir yang melepas obat dengan
perlahan
§ Liposom dapat melindungi obat
dari degradasi, seperti degradasi metabolik
§ Liposom dapat memperpanjang waktu
paruh obat, serta dapat memperbesar distribusi obat ke organ secara selektif,
sehingga dosis obat dapat dikurangi, dengan demikian efek samping obat akan
dapat ditekan seminimal mungkin.
§ Liposom dapat diberikan berbagai
rute pemberian
Tempat
obat dalam liposom ada dua yaitu
-
Pada
lapisan lipid bilayer (fosfolipid) : untuk obat yang bersifat non polar dan
semipolar
-
Bagian
kompartemen airnya : untuk obat yang bersifat polar
Metode
pembuatan liposom :
1.
Dispersi sederhana
Menggunakan dispersi sederhana
fosfolipid kering didalam media air menggunakan homogenizer.
2.
Hidrasi lipid
Diikuti dengan agitasi intensitas
tinggi dengan menggunakan sonikasi .
Berikut
adalah cara liposom masuk kedalam targetnya :
1. Transfer intermembran
Terjadi ketika dua lapisan
fosfolipid saling bertemu tanpa ada gangguan dari liposom dan integritas
membran. Materi lipofilik yang ada pada membran liposom dapat masuk kedalam
membran yang berdekatan dengan membran lain
2. Contact release
terjadi ketika membran sel dan
membran liposom bertemu yang menyebabkan peningkatan permeabilitas membran
liposom, sehingga terjadi pelepasan obat zat larut air dengan konsentrasi
3. Adsorpsi
dapat terjadi karena gaya tarik dan
reseptor yang spesifik terhadap ligan dimembran vesikel (liposom), melalui
ikatan protein permukaan spesifik pada sel
4.
Fusi
interaksi antar liposom dan membran
yang berjarak dekat satu sama lain dapat mengakibatkan fusi, yaitu penyatuan
sempurna lipid pada liposom dengan membran plasma sel, sehingga isi liposom
terpajan langsung dengan sitoplasma sel
5.
Fagositosis
fagositosis terjadi oleh beberapa
tipe sel tertentu contohnya makrofag, mengalami tahap adsorpsi diikuti dengan
invaginasi membran sel, membentuk vakuol endositik dimana liposom dibawa untuk
bertemu dengan enzim lisosom yang dapat memecah membran liposom
3.
PATCH
Patch transdermal merupakan
sediaan farmasi yang fleksibel dalam persiapannya dari berbagai ukuran yang
mengandung satu atau lebih zat aktif. Patch diterapkan pada kulit agar dapat
memberikan zat aktif ke sistemik setelah melewati penghalang kulit
Adapun kelebihan pemberian obat
secara patch transdermal yaitu :
•
Menghindari
kesulitan absorpsi obat melalui saluran cerna disebabkan oleh pH saluran cerna,
aktivitas enzim, interaksi obat dengan makanan, minuman atau pemberian obat
secara oral lainnya.
•
Menggantikan
pemakaian obat melalui mulut bila tidak sesuai
•
tidak
mengalami first pass effect karena dia tidak melewati portal hepatic sehingga
dapat menghindari problem rendahnya bioavailabilitas.
•
Menyediakan
kemudahan identifikasi secara tepat tentang pengobatan dalam keadaan darurat
(misalnya tidak sadar, atau pasien dalam keadaan koma)
Tipe
membran

Tipe matriks

•
Obat
masuk dari luar kulità melewati jaringankulit
•
sirkulasi
sistemikàTiga jalur penetrasi potensial: kelenjar keringat,
minyak atau folikel rambut-tembus, stratum korneum
4.
Gastroretensif
Gastroretensif adalah Suatu sistem penghantaran obat terkontrol dengan perpanjangan
waktu tinggal di lambung memiliki keuntungan tertentu. Sistem ini sangat
membantu dalam terapi tukak peptik, Untuk obat-obat yang diabsorbsi pada bagian
proksimal saluran pencernaan Ex: Gabapentin, Ciprofloxacin, dll.
Gastroretensi
dilakukan untuk: Obat-obatan yang diabsorbsi dari lambung (ex: Levodopa,
Furosemide). Beraksi secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and
Enzymes). Terapi antibiotik, Obat-obatan yang kelarutannya buruk pada pH basa
(ex: Diazepam,Salbutamol). Obat-obatan yang terdegradasi di kolon (ex:
Captopril, Ranitidine, Metronidazole) Obat-obatan yang memiliki jendela absorpsi sempit
Keuntungan
gastroretensi adalah dapat meningkatkan absorpsi obat, karena meningkatkan GRT
dan meningkatkan waktu kontak bentuk sediaan pada tempat absorpsinya, Obat
dihantarkan secara terkontrol. Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
Meminimalkan iritasi mukosa oleh obat, dengan melepaskan obat secara lambat
pada laju yang terkontrol. Treatmen gangguan gastrointestinal seperti refluks
gastroesofagus Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.
5.
NIOSOM

Niosom merupakan
analog liposom yang telah lebih dahulu dikenal sebagai suatu pembawa obat.
Perbedaan antara keduanya adalah liposom tersusun oleh fosfolipid, sedangkan
niosom dari surfaktan non ionik. Niosom adalah vesikel surfaktan non ionik seperti liposom yang
mempunyai struktur bilayer yang dapat menjerap senyawa hidrofob, lipofob
dan ampifilik.
Keuntungan niosom
:
—
meningkatkan stabilitas obat,
—
mempercepat efek terapi,
—
menurunkan efek samping ,
—
memperpanjang waku sirkulasi,
—
meningkatkan penetrasi dari senyawa yang terjerap melintasi
kulit.
Komposisi Niosom :
- Dua komponen utama yang
digunakan untuk
persiapan Niosom, Kolesterol Surfaktan nonionik . - Kolesterol digunakan untuk
menyediakan kekakuan dan
bentuk yang tepat, konformasi ke Niosom. - Peran surfaktan memainkan
peran utama dalam pembentukan
Niosom. - Berikut surfaktan non-ionik
adalah umumnya digunakan untuk persiapan Niosom(span 60,40,20,85,80) ,
(tween 20,40,60,80) dan Brij (Brij 30,35,52,58,72,76). Non ionik
surfaktan memiliki kepala hidrofilik dan ekor hidrofobik .
Niosom memiliki kesesuaian untuk encapsulating berbagai bervariasi
dari obat-obatan dan juga manfaat ditawarkan oleh Niosom juga banyak
dimanfaatkan. Niosom memiliki berevolusi untuk pengobatan banyak penyakit
mengerikan efisien dengan mengurangi efek samping dan kepatuhan pasien yang
lebih baik. Jadi Niosom hadir sendiri sebagai alat serbaguna dalam terapi.
6.
PLGA-ROSOM
Poli
(laktat-co-glikolat asam) (PLGA) adalah biokompatibel anggota keluarga
poliester alifatik polimer biodegradable. PLGA larut dalam banyak pelarut yang umum
termasuk tetrahidrofuran, aseton, etil asetat dan pelarut diklorinasi. The Food
and Drug Administration (FDA) telah menyetujui PLGA untuk partikel mikro dan
nano dan sejumlah perangkat terapi seperti cangkok, jahitan, implan dan
perangkat prostetik.
Kelebihan PLGA :
•
Mengatasi resistensi obat
yang disebabkan oleh barier fisiologi dalam tubuh
•
Dapat menghantarkan obat dengan lebih baik
•
Meningkatkan efisiensi penghantaran obat
•
Meningkatkan efisiensi distribusi obat, ddl.
Salah satu metode
dalam PLGA-ROSOM yaitu Emulsi adalah salah satu metode yang PLGA dapat
digunakan untuk merangkum obat hidrofobik dan hidrofilik dalam mikro atau bentuk
skala nano. Secara singkat, PLGA dilarutkan ke dalam fase organik (minyak) yang
diemulsikan dengan surfaktan atau stabilizer (air). Obat hidrofobik ditambahkan
langsung ke fase minyak, sedangkan obat hidrofilik (air) dapat menjadi yang
pertama emulsi dengan larutan polimer sebelum pembentukan partikel. Intensitas
tinggi semburan sonikasi memfasilitasi pembentukan tetesan polimer kecil.
Emulsi yang dihasilkan ditambahkan ke fase berair lebih besar dan diaduk selama
beberapa jam, yang memungkinkan pelarut menguap. Nanopartikel mengeras
dikumpulkan dan dicuci dengan sentrifugasi.
7.
Etosom
Ethosome merupakan bentuk modifikasi dari liposom dn mengandung etanol
yang tinggi. ( Kumar, R et al. 2010:111)
. Bahan
pembentuk etosom yaitu air, etanol, fospolipid.
Adapun metode
pembuatan etosom yaitu : metode klasik, metode dingin, metode panas, metode
dispersi mekanik.
Keuntungan ethosome
•
meningkatkan penetrasi obat melalui kulit
dermis, penghantaran obat melalui transdermal dan intraseluler
•
secara fisika kimia, dapat digunakan untuk
molekul hidrofilik dan lipofilik, peptida dan makromolekul lainnya.
•
komponen komponen ethosome aman untuk
digunakan sebagai produk kosmetik dan farmasi.
•
formulasi ethosome tidak memiliki resiko
dengan skala besar, seperti komponen yang bersifat toksik.
•
obat ethosome tersedia dalam bentuk
sediaan semipadat ( gel atau krim) yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien.
•
berbagai aplikasi di pasar frmasi,
bioteknologi, hewan, kosmetik dan nutraccuetical ( Rakesh and K.R>
Anoop,2012: 18)
8.
TRANSFEROSOM
Transferosom diperkenalkan sebagai penghantar obat transdermal yang
efektif menghantar berbagai jenis obat yang memiliki berat molekul rendah
maupun tinggi. Transfersom dapat menembus lapisan
korneum secara utuh dan spontan pada dua
rute dalam lipid intraseluler yang berbeda. Transfersom ini mengatasi sulitnya obat berpenetrasi di
kulit dengan cara mempersempit diri untuk melewati intraselular stratum korneum.
Transferosom merupakan vesikel yang terdiri dari fosfolipid sebagai
bahan utama dan surfaktan 10-25% serta 3-10% etanol. Bukti adanya vesikel antara korneosit di lapisan luar dari stratum
korneum telah dibuktikan oleh elektron dan mikroskopi flourosensi 30 Untuk membuat vesikel tetap membengkak/menggembung, mereka harus
mengikuti gradien hidrasi lokal dan menembus ke dalam lapisan kulit yang
terhidrasi yakni epidermis dan dermis.
Keuntungan transferosom :
·
Transferosom memiliki infrastruktur yang
sama-sama terdiri dari gugus hidrofobik dan hidrofilik dan sebagai hasilnya
dapat mengakomodasi molekul obat dengan berbagai kelarutan.
·
Transferosom dapat merusak dan melewati
penyempitan (dari 5 sampai 10 kali lebih sedikit dari diameter mereka sendiri)
tanpa kehilangan ukuran
·
Digunakan untuk pengiriman sistemik serta
obat topikal. Mereka dapat bertindak sebagai pembawa obat yang memiliki berat
molekul yang rendah serta tinggi mis analgesik, anestetik, kortikosteroid,
hormon, antikanker, insulin, protein gapjunction, dan albumin.
Metode pembuatan transferosom :
Metode penyusunan transferosom terdiri dari dua langkah :
·
Pertama, pembuatan film tipis dengan
hidrasi dan diubah ke ukuran yang diinginkan dengan metode sonikasi
·
Kedua, vesikel yang telah disonikasi
dihomogenkan dengan cara diekstrusi melalui membran polikarbonat.
·
Campuran bahan vesikel yang terbentuk yaitu
fosfolipid dan surfaktan dilarutkan dalam pelarut organik, pelarut organik
diuapkan di atas suhu kamar.
·
Kemudian dimurnikan pada suhu 50°C dengan
dengan menggunakan Rotary Evaporator. Sisa pelarut dihilangkan di bawah
vakum.
·
Film-film lipid yang tertinggal dihidrasi
dengan pencampuran buffer (pH 6,5) dan dirotasi selama 60 menit, dengan
temperatur 1 rpm pada suhu yang telah disesuaikan.
·
Setelah itu vesikel didiamkan selama 2 jam
pada suhu kamar
Transferosom mengandung
campuran lipid dan pelembut membran biokompatibel. Mereka memiliki sifat mudah
mampudeformasi yang membuat mereka mudah memeras dari stratum korneum dan
mekanisme penetrasi generasi dari 'gradien osmotik' karena penguapan air sambil
menerapkan suspensi lipid (transferosomes) pada permukaan kulit.
Transferosomes menembus stratum korneum dengan baik dengan intraseluler atau rute transcelluler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar